Setiap pengendalian OPT yang dilakukan untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya haruslah mempertimbangkan dengan seksama setiap keuntungan dan resiko pengendaliannya.
Hal ini berkaitan dan tergantung dari spesies hama yang dihadapi, spesies tanaman, keadaan agroekosistem dan pengelolaan tanaman.
Semua faktor harus dipertimbangkan dengan seksama sebelum dimasukkan dalam satu kesatuan rencana pengendalian.
Seperti pengendalian hama secara hayati yang sehat atau tidak merusak lingkungan dengan menggunakan musuh alami dan agensia hayati.
Pengertian Pengendalian Hayati adalah pengendalian hama tanaman dengan cara biologi yaitu memanfaatkan musuh-musuhnya, disebut musuh-musuh alam atau disebut juga agensia pengendali biologi.
Misalnya untuk mengendalikan hama Helopeltis sp. pada buah kakao dengan pemanfaatan semut hitam (D. thoracicus). Pengembangan semut hitam dapat menempati kebun kakao dengan cara meletakkan bangkai binatang (insang ikan) pada pohon kakao tertentu, setelah semut ini menetap, di pohon lain dengan diletakkan bambu atau daun kelapa kering sebagai jembatan untuk mendekatkan semut dengan hama sasaran.
Pengendalian hayati menggunakan atau memanfaatkan spesies-spesies makhluk hidup tertentu mewakili hewan invetebrata yaitu serangga, tungau dan nematoda.
Spesies-spesies tumbuhan golongan rendah juga terwakili oleh jamur, bakteri dan virus.
Pemanfaatan ini dimungkinkan karena adanya interaksi antara dua spesies makhluk atas keuntungan yang satu karena memangsa dan yang lain dirugikan karena dimakan. Seorang ahli serangga De Bach memperkirakan di bumi kita ini terdapat sekitar 1 juta spesies serangga, termasuk spesies-spesies serangga yang menjadi musuh alam.
Ditaksir baru 15% dari seluruh spesies serangga musuh alam yang ditemukan dan diidentifikasi.
Musuh-musuh alam yang mewakili dunia serangga dapat digolongkan menjadi dua yaitu Predator dan Parasitoid.
PREDATOR adalah hubungan antara dua spesies dimana yang satu, yaitu parasit memperoleh keperluan zat-zat makanannya dari fisik tubuh yang lain, yaitu inang.
Parasit hidup pada atau di dalam tubuh inang; inang tidak menerima faedah apapun dari hubungan ini meskipun biasanya tidak dibinasakan.
Serangga yang bersifat parasit yang pada akhirnya menyebabkan kematian inangnya tidak tepat bila dimasukkan ke dalam definisi parasit.
Karena itu dibuatkan istilah PARASITOID.
Parasitoid merupakan kata sifat yang mencirikan perilaku makan yang beraneka ragam antara yang benar-benar bersifat parasit dan predator.
PARASITOID adalah serangga yang memparasit serangga lainnya.
Parasitoid pada mulanya memakan seperti parasit dan hidup menyesuaikan diri dalam hubungan fisik yang sangat erat dengan inangnya dan hanya setelah ia menghabiskan semua makanan yang diperlukan dari tubuh inang, akhirnya inang tersebut binasa.
Terdapat perbedaan pokok antara Predator dan Parasitoid sebagai berikut :
Predator membunuh, memakan atau mengisap mangsanya dengan cepat.
Parasitoid menyedot energi dan memakan selagi inangnya masih hidup;
Predator (nimfa dan imago) dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya (telur, larva/nimfa, pupa, imago).
Parasitoid pada tingkat perkembangan tertentu (larva) mungkin hanya memarasit telur, larva/nimfa, pupa atau imago inangnya;
Predator membunuh mangsa untuk dirinya.
Parasitoid membunuh atau melumpuhkan inang untuk keperluan kepentingan keturunannya;
Predator ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan tubuh mangsanya.
Parasitoid ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan inangnya;
Seekor Predator memerlukan dan memakan banyak mangsa selama hidupnya.
Seekor Parasitoid memerlukan hanya satu ekor inang selama hidupnya, tetapi pada akhirnya mampu mematikan sejumlah besar inang.
Metamorfosis Predator ada yang sempurna, ada juga yang tidak sempurna.
Metarmofosis Parasitoid adalah sempurna.
Predator ada yang bersifat polifag, oligofag, atau monofag, ada lagi yang bersifat omnifor yaitu mengisap bagian-bagian tertentu dari tanaman, misalnya Geocoris pallens.
Sebaliknya Lygus hesperus yang herbifor juga merupakan predator.
Kebanyakan spesies Parasitoid bersifat monofag, ada juga yang oligofag.
Dari segi perilaku makan, terdapat predator yang mengunyah semua bagian-bagian tubuh mangsanya, misalnya Coccinellidae.
Terdapat juga Predator yang menusuk mangsanya dengan mulut yang berbentuk jarum, lalu mengisap isinya, seperti Reduviidae.
Predator yang tergolong mengisap ini sering menginjeksikan racun-racun keras dan enzim-enzim pencernaan hingga mangsanya lumpuh dan mempermudah mengisap isinya.
Parasitoid yang memerlukan makan kebanyakan ketika Parasitoid tersebut masih dalam stadia larva.
Terdapat imago yang tidak makan, namun ada juga yang masih memerlukan pakan dalam bentuk cairan seperti embun madu, yang dimakan dengan cara mengisap embun madu tersebut.
Keuntungan pengendalian hayati adalah tidak mencemari lingkungan seperti dengan pestisida.
Biaya yang dikeluarkan sangat murah dibandingkan dengan ongkos pestisida.
Berdasarkan informasi di atas diharapkan dalam melakukan pengendalian hayati hendaknya tidak menggunakan pestisida kimia.
Hal ini akan menyebabkan matinya serangga yang bukan target yang dikhawatirkan adalah serangga tersebut merupakan musuh alami, sehingga akan berujung pada ketimpangan ekosistem yang membuat populasi suatu serangga hama meningkat (terjadi peledakan hama).
Go Green - Go Natural
GO FREEDOM..
No comments:
Post a Comment